02 - TURKEY

Second Journey to Ephesus - Selçuk, Izmir, Turkey





1 Agustus 2014

Ephesus

Hari ini berjalan dengan lambat. Sarapan pagi baru jam 10.30 setelah itu baru kita jalan ke reruntuhan kota Romawi kuno Ephesus. Perlengkapan ‘perang’ sudah masuk ransel semua : minum botolan, bekel makan siang, payung, sun glasses, camera, videocam, dan lotion sunscreen. Perlengkapan perang itu beneran dibutuhkan di Ephesus karena kita pergi di musim panas # cuaca hari ini lumayaaaan banget panasnya plus silau man #. Satu lagi …. Di Ephesus ngga ada toko/resto dan WC umum, terkecuali di pintu masuknya saja, jadi persiapan itu harus, kalau mau menikmati Ephesus dengan nyaman. Satu lagi , jangan lupa pakai sepatu  yang nyaman, karena jalanan di kota kuno ini terdiri dari batu-batuan dan nanjak. 

Dari hotel, kita jalan ke Bus Station sekitar 10 menit. Ngga kerasa jalannya, karena sambil liat-liat toko-toko dan pohon jeruk yang banyak berbuah di sepanjang jalan. Aneh … ngga ada yang ngambilin apa yaaa buah jeruk itu ? Di Bus Station, sudah berjajar deh dolmus – dolmus dengan tujuan arah masing-masing. Kita beli tiket untuk dolmus yang tujuannya Ephesus seharga @Tl 2,5 dan menunggu sampai penumpangnya penuh baru deh dolmusnya jalan. Perjalanan ke Ephesus ngga lama, palingan hanya 10 menit. 

Harga tiket wisatawan untuk masuk ke Ephesus TL 30 plus TL 15 kalau mau lihat Terrace House (Rumah orang Romawi). Tapi, berhubung kita punya Kimlik (Turkish Identification Number - bagi penduduk asing) kita bisa beli MuzeKart dengan biaya TL 50/tahun. MuzeKart, beneran bikin happy banget deh. Kita bisa bolak-balik deh ke museum-museum yang terdaftar di MuzeKart, misalnya Topkapi, Hagya Sophia, Istanbul  Archeological  Museum. Yiiihaaa …
Oh iya … anak dibawah usia 12 tahun gratis masuk museum.


Balik lagi ke cerita Ephesus … 
Ephesus pada awalnya adalah sebuah kota Yunani kuno, sebelum berubah menjadi kota Romawi. Terjadi perpindahan banyak kekuasaan di Ephesus ini. Seandainya Ephesus bisa bercerita … waaaah … pasti bakalan jadi cerita yang sangat panjang. Lihat kotanya aja udah kayak masuk ke lorong waktu, apalagi kalau tahu banyak sejarah yang tersimpan didalamnya. Untuk ceritanya lengkapnya, bisa dilihat di Journal You & Me Edition (2012).
Tour Leader Elektronik :)


Perjalanan ke Ephesus kali ini sebenernya karena ketidakpuasan perjalanan yang pertama thn 2012 selain juga mau ngajak anak-anak lihat sisa peninggalan peradaban kuno. Dulu, pergi ke Ephesus dengan pengetahuan sangat minim dan pakai tour pula, jadinya ngga puas untuk mencermati sisa-sisa bangunan itu karena penjelasan yang diberikan tour leader sambil lalu dan bergegas gituuu. Sekarang, aku browsing banyak dan kita nyewa panduan elektronik (TL 20). Hahaha … jadi setiap kali nemu bangunan, kita selalu berhenti, lihat catatan, denger panduan elektronik, mencatat seperlunya di notes, difoto dan direkam pake videocam. Rempooong banget deh .... mana sambil pegang payung pula. Hihihihi. Abisaaaan … penasaran banget rasanya. Mumpung ada kesempatan kesini lagi, sayang khan kalau terbuang percuma. Next khan mau lihat tempat yang lain … ;)



The Arkadiane / Harbour Street

Jadi begini cerita tentang kota tua ini … kita masuknya dari gerbang utama dan tembus ke jalan The Arkadiane. Ujung jalan The Arkadiane adalah laut (jaman dulunya demikian, sekarang sudah menjadi tanah dengan garis pantai yang jauh). Oleh karena itu, The Arkadiane disebut juga dengan Harbour Street. Pelaut, pedagang serta tamu agung Kerajaan Romawi memasuki kota Ephesus dari jalan The Arkadiane ini.  Pada awalnya, The Arkadiane dihiasi dengan 4 kolom besar yang diatasnya ada patung.


The Grand Theatre dan The Grand Gymnasium




Dari The Arkadiane, terlihat salah satu bangunan besar yang dulunya dipakai untuk pertunjukkan drama yaitu The Grand Theatre. Hebaaaat banget bangunan ini, kalau berpikir dibangun oleh orang-orang dulu dengan perlengkapan yang sangat minim. Bayangkan saja … tempat duduk penonton dibangun dengan bersandarkan pada lereng Gunung Pion serta memuat 25.000 penonton. Theater ini merupakan bangunan yang sangat penting bagi kehidupan sosial masyarakat Romawi. Selain untuk keperluan hiburan dan pertunjukkan, theater ini juga digunakan untuk keperluan anggota dewan yang terhormat dan tempat pertemuan ahli-ahli. Design bangunan ini memungkinkan suara dari panggung terdengar oleh semua penonton. Jaman dulu mana ada yaaa yang namanya pengeras suara. Hebat banget deh …. Waktu kita kesana, banyak pengunjung yang mencoba teriak bahkan bernyanyi. Ehhhh beneraaaan looh … kita yang dibangku penonton bisa mendengar suara mereka dengan jelas. Trus kalau kita tepuk tangan, suara tepuk tangannya menggema. Lambat laun, pemanfaatan sarana ini jadi beralih dari panggung hiburan ke pertunjukkan gladiator yang kejam, bahkan dari salah satu sumber yang aku baca, kaum Nasrani awal banyak yang dijeblosin ke arena ini untuk bertarung dengan singa. 

Persis disebelah The Grand Theater ada bangunan lagi yang disebut The Theater Gymnasium. Ini adalah tempat untuk para gladiator berlatih dan belajar bertarung sebelum bertanding di Theater.


Marble Street
Lanjuuuut … setelah istrahat sebentar di sisa reruntuhan Hellenistic Fountain House, kita jalan di sepanjang Marble Street. Jalan ini meski kuno, tapi udah modern loooh. Dalam artian, sudah punya ‘pintu’ gerbang masuk ke jalan Marble Street, ada trotoar di bagian kiri dan kanan jalannya, memiliki pipa saluran pembuangan di bawah jalan tsb, ada ‘pintu’ masuk ke perumahan masyarakat biasa, dan ada pintu masuk para pedagang yang akan 
Marka Jalan : The Love House
berdagang di Agora. Untuk jaman sekarang hal ini ngga aneh, tapi kalau kita bicara jalan 2000 tahun yang lalu, itu artinya peradaban mereka sangat sangat maju terlebih lagi jalan ini masih bisa dibilang utuh sampai sekarang. Makanya dari sumber bacaan yang lain, tata kota Romawi ini dijadikan salah satu model percontohan tata kota modern sekarang. Amazing … dan ada satu hal yang ‘menarik’ #tepok jidat#, ternyata rumah bordil pun sudah ada yaaa dari jaman dulu. Di kota kuno ini, rumah bordil ini dinamakan The Love House. Marka jalannya pun dipahat di Marble Street ini yaitu gambar hati dan panah serta tapak kaki untuk menunjukkan bahwa The Love House ada di dekat sini. 


Agora 
Cerita tentang Agora merupakan hal yang sangat menarik juga. Aku sampai berpikir “wow” banget yaaa mereka, sudah terpikir untuk membuat suatu pusat perdagangan seperti layaknya ‘mall’ pada jaman sekarang. Bayangkan, agora itu dibangun pada abad ke-3 SM dan agora itu luaaaas banget, bentuknya persegi dengan ukuran 110X110 meter. Dari empat sisi Agora, tiga sisinya berjajar ruangan-ruangan yang ukurannya cukup besar untuk sebuah kios dagang. Kios-kios itu saling berdampingan dengan didepan nya disediakan jalan untuk para pembeli. Sedangkan sisi yang satu dibiarkan terbuka. Di tengah Agora terdapat jam matahari dan jam air. Pintu gerbang masuk ke Agora ini berjumlah 3 buah.


Celcus Library
Salah satu pintu gerbang dari Agora ini bersambungan dengan Celcus Library. Ada cerita menarik tentang pintu gerbang ini, namanya The Gates of Mazaeus and Mitridates. Gerbang ini dibangun oleh 2 orang mantan budak Kaisar Augustus yang dibebaskan. Ada prasasti yang menunjukkan rasa penghormatan mereka terhadap tuannya. Ke-2 mantan budak yang telah dibebaskan ini bekerja di Ephesus sebagai petugas penjaga properti Kerajaan Romawi. The Gates of Mazaeus and Mitridates ini adalah akhir dari Kuretes Street. Kuretes Street adalah salah satu jalan utama di Ephesus yang panjangnya adalah 210 meter. Awal dari Kuretes Street ditandai dengan The Hercules Gate.

Inside of Celcus Library

Fasad bangunan yang paling cantik di Kuretes Street - Ephesus adalah Celcus Library. Cantiiiik banget deh bangunan ini, kebayang kalau masih utuhnya. Ukiran eksteriornya rumit, megah, dan fungsinya sebagai perpustakaan kuno yang bikin lidah berdecak. Begitu perhatiannya mereka dengan ilmu, sampai-sampai membuat bangunan khusus buat menyimpan 12.000 gulungan ‘buku’ papyrus ini. Perpustakaan ini dibangun untuk menghormati Senator Romawi Tiberius Julius Celsus Polemaeanus oleh putra Celsus, Gaius Julius Aquila pada tahun 135. Makam dan sarkofagus Celcus pun ada di dalam perpustakaan ini. Oh iya, 12.000 gulungan ‘buku’ papyrus tersebut sekarang sudah didonasikan dan tersebar di museum-museum dunia. 
The Latrina

Bangunan berikut di Kuretes Street sebelah The Love House adalah The Latrina. Ck ck ck …. Memang semua kebutuhan warga telah dipikirkan semua oleh Penguasa Romawi ini. Bayangkan aja … jaman dahulu kala … ketika manusia masih buang hajat di sungai atau di tanah, mereka sudah bisa memikirkan untuk membuat WC umum (abad ke-1 M). Amazing yaa … Bentuk Latrina ini pun sudah dipikirkan secara fungsional meski kurang secara adab. Tempat duduknya berbentuk U dengan lubang-lubang toilet seat yang berjejeran. Dibawa tempat duduk terdapat saluran pembuangan air kotor dan di depan tempat duduk terdapat saluran air bersih untuk keperluan membersihkan diri. The Latrina ini dapat digunakan bersamaan dengan banyak orang.

 
Sisa bangunan cantik lainnya di Kuretes Street adalah :
- The Octagon : sebuah makam monumental dari adik bungsu Cleopatra penguasa Dinasti Ptolemaic Mesir Kuno terakhir, Arsinoe IV, yang dibunuh pada tahun 41 SM di Ephesus. Arsinoe dibunuh karena Cleopatra tidak ingin tersaingi soal kekuasaannya di Mesir. Saat itu, Cleopatra adalah kekasih dari Julius Caesar – Kaisar Romawi dan akhirnya juga menjadi kekasih Mark Anthony (penguasa Romawi setelah Julius Caesar). Panjang deh kisah Cleopatra-Julius Caesar- Mark Anthony-Arsinoe


Terrace House


- Terrace house / House on The Slope : Kompleks rumah-rumah orang kaya di kota Ephesus. Ada 6 rumah besar disini. Perumahan ini bersandar pada lereng Gunung Bulbul. Dua rumah sudah direstorasi sehingga bisa dilihat oleh pegunjung dengan membayar TL 15. Muzekart ngga berlaku disini, jadi kita harus bayar. But, it’s okeee bangeeet. Kita jadi bisa masuk, melihat, dan membayangkan kehidupan mereka di abad ke-1 SM. Orang dulu ternyata beneran yaaaah … luas

Lantai Mozaic - Terrace House


rumahnya 900-950m2. Kebanyakan bertingkat 2,  dimana lantai 1 adalah theatre room, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi, dan taman. Lantai 2, terdiri dari ruang tidur pribadi, ruang tidur tamu. Kamar rumah orang Romawi tidak ada jendela, penerangan diambil dari cahaya matahari yang masuk ke taman dalam rumah saja, sehingga rumahnya temaram. Dinding rumahnya dilukis dan lantai rumahnya mozaic. Sistem pemanas ruangan juga sudah ada looh … dialirkan melalui pipa tembikar, begitu pula dengan sistem air panas dan dingin.

The Temple of Hadrian

The Temple of Hadrian : Bangunan yang dulunya paling indah di Kuretes Street, dibangun sebelum tahun 138 M untuk Kaisar Hadrian. Di depan temple ini ada 4 kolom yang diatasnya ada patung. Selain itu, ada relief dewa-dewa pada batu dindingnya. 
The Fountain of Traianus

The Fountain of Traianus : Salah satu dari tiga air mancur yang keren di Ephesus. Air mancur ini dibuat untuk menghormati Kaisar Traianus pada tahun 114 M. Tinggi air mancur ini 9,5 mt dan terdiri dari 2 lantai dengan dihiasi dengan patung-patung. Di depannya ada kolam dengan ukuran 11,90 X 5,40 mt. Patung yang utama, terletak di tengah adalah Patung Kaisar Traianus. Patung ini menginjak bumi yang bentuknya bulat. Menunjukkan bahwa sudah sejak lama, manusia mengetahui bahwa dunia itu bulat. Padahal teori dunia itu bulat dikemukakan oleh Copernicus dan Galileo pada tahun 1600-an. Padahal lagi, di Quran Surat Az-Zumar ayat 5 sudah juga disebutkan meski tidak secara gamblang, bahwa dunia itu bulat, dan yang pasti Qur’an sudah ada sebelum Galileo dan Copernicus lahir. 


The Bath of Varius / Scolastikia : Dibangun pada abad ke-1 M dan dipulihkan di abad ke-4 oleh Scolastikia. Struktur aslinya, bath house ini terdiri dari 3 lantai dan terdiri dari 10 kabin ruang ganti (apodyterium), ruang dingin (Frigidarium) yang berbentuk kolam renang, ruang hangat (tepidarium) yang digunakan untuk bersantai, dan ruang panas (caldarium). Lantai 2 digunakan untuk massage dan scrub sebagai terapi. 
Hebaaaat yaaa … begitu rumitnya cara mereka mandi pada jaman dulu kala. Tapi kalau baca dari buku Romawi yang lain, mereka mandi seperti itu seminggu sekali doang siiiy.


The Gate of Hercules
Relief The Flying Nike
- The Gate of Hercules :  terletak di pangkal Kuretes  Street. Disebut The Gate of Hercules karena  ada relief Hercules di atasnya. Gate ini dibuat pada abab ke-5 M dan sepertinya Relief  The Flying Nike adalah bagian dari gerbang ini. The Gate of Hercules ibaratnya seperti bottle neck yang mempersempit akses jalan dari Kuretes Street, sehingga yang bisa masuk hanya pejalan kaki saja.
Bagian terakhir yang kita kunjungi, atau sebenarnya adalah bagian muka dari kota Ephesus ini  adalah dataran yang paling tinggi (puncak). Dari atas sini, pemandangannya baguus banget … kelihatan bagian kota Ephesus bagian bawah, dan dulunya pasti lebih bagus lagi karena batas laut persis di ujung jalan The Arkadiane. 

Pada area ini ada :




  • The Upper Gymnasium Baths : Tempat pemandian utama dari kota Ephesus lokasinya disini, di dekat pintu masuk ke kota Ephesus di lereng bukit Gunung Pion. Gambaran bath house ini seperti The Bath of Varius yang dijelaskan diatas. 

  • The Stoa Basileios (The Royal Walk) : panjangnya The Royal Walk adalah 165 meter dan bertemu dengan Domitianus Square. Bangunan The Government Agora, The Odeion, The City Hall (Prytaneion) dan The Monument of Memmius berada di jalan ini. 

  • The Government Agora : tempat pertemuan kaum religius dan politikus. Mereka membicarakan  dan saling berdebat mengenai issue-issue penting kota Ephesus. Fungsinya berbeda dengan Agora yang dijelaskan di atas. Ukuran The Government Agora ini 160 X 58 meter.
  • The Odeion : dinamakan juga Concert Hall, bentuknya seperti The Grand Theatre hanya lebih kecil dan menampung 1500 orang. The Odeion digunakan oleh anggota dewan terhormat yang terdiri dari orang kaya (bangsawan) dan pemimpin Ephesus untuk mendiskusikan masa depan kota dan fungsi kedua dari The Odeion adalah untuk mendengarkan konser musik. Dulunya, tempat ini beratapkan kayu. 
  • The City Hall (Prytaneion) : tempat dimana upacara keagamaan, resepsi resmi dan perjamuan makan diadakan. Daftar nama pemimpin Ephesus dan juga nama kaum religious ditemukan disini. Salah satu tugas dari pemimpin Ephesus adalah untuk memastikan bahwa api suci ini tidak pernah padam. Api ini dimaknakan sebagai symbol eksistensi kota ini. Patung-patung dewa juga ditemukan di Prytaneion, seperti Hestia Bulaia (dewa penjaga kota), Apollo (dewa ramalan), Demeter, dan copy dari Artemis. 
The Monument of Memmius
  • The Monument of Memmius : monumen yang dibuat oleh putra Diktator Sulla, Gaius Memmius pada abad ke-1 SM. Posisinya di Domition Square, dan struktur ini memiliki 4 fasad, dengan salah satu fasadnya adalah air mancur. Monumen ini dibangun untuk menghormati Diktator Sulla yang berhasil membebaskan rakyat Romawi Ephesus dari tingginya pajak yang diberlakukan oleh pemerintah di Roma.
  • The Building of Pollio and The Fountain of Dominitianus : monumen Pollio berada di Domitianus Square. Monumen ini dibangun pada tahun 92-93 M oleh anak angkat C. Sextilius Pollio karena kontribusinya yang sangat penting bagi kota Epheusus. Persis disebelah The Building of Pollio ada The Fountain of Dominitianus. Ini adalah air mancur yang memiliki kolam didepannya. Airnya bersumber dari Gunung Bulbul. Patung Dewa Zeus awalnya diletakkan disini.
Di puncak ini, kita ngga eksplorasi banget karena udah kepanasan dan kecapean. Hanya liat-liat dan ambil foto dari jauh aja. Pfuuuiiih …. Lumayan juga. Lumayan capek gitu maksudnya. Mungkin perlu waktu dari pagi kali yaaah kalau mau eksplorasi dengan serius. Ini kita hanya dari tengah hari sampai sore hari doang. Tapi lumayaaan banget daripada tahun 2012. Hehehe.

Pulangnya kita menuruni bukit lagi dan kembali ke tempat asal kita masuk. Di deket gerbang tiket, kita masuk toko souvenir dan beli sedikit tanda mata dan buku Ephesus. Di luar gerbang, kita beli es krim dan es slurpy. Puanaaaas poooll. Udah gitu balik ke hotel lagi deh pake dolmus yang sama. 















About HappyFeet

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.